Makassar, 23 Maret 2007
Kepada Yang Terhormat
Presiden Republik Indonesia
Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono
Di,-
Jakarta
Presiden Republik Indonesia
Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono
Di,-
Jakarta
Bapak Presiden yang terhormat!
Sejak aku kecil aku punya mimpi, cita-cita, yang sering kuungkapkan kepada setiap orang yang bertanya kepadaku juga kerap kuceritakan kepada kawan-kawan kecilku, jika sesungguhnya aku ingin menjadi seorang Presiden (Kepala Negara), jangan geer dulu, karena aku tidak ingin sepertimu, aku hanya ingin menduduki kursi yang kau duduki dan menempati istana yang kau huni sekarang.
Sejak aku kecil aku punya mimpi, cita-cita, yang sering kuungkapkan kepada setiap orang yang bertanya kepadaku juga kerap kuceritakan kepada kawan-kawan kecilku, jika sesungguhnya aku ingin menjadi seorang Presiden (Kepala Negara), jangan geer dulu, karena aku tidak ingin sepertimu, aku hanya ingin menduduki kursi yang kau duduki dan menempati istana yang kau huni sekarang.
Bapak Presiden yang kubanggakan!
Mimpi dan cita-citaku itu hingga saat ini masih saja menggerogoti benak, pikiran dan urat ambisiku. Namun, aku sedikit bingung. Saat ini aku seorang jurnalis, yang haram hukumnya bergabung dalam parta politik, lantas bagaimana aku harus memulai langkahku menjadi seorang Presiden? Saat ini pun aku masih bimbang dengan profesi yang kugeluti sekarang. Memang sih aku dapat meraup penghasilan lumayan dibandingkan gaji kedua orang tuaku sebagai pegawai negeri sipil meski sudah dikali tiga, ya...untuk seusiaku sangat lumayan memang, tapi apakah pekerjaan ini akan membantuku mencari jalan menuju cita-cita yang kuimpikan sejak kecil dulu???
Bapak SBY (maaf kusebut namamu)!
Sebelum kau memangku tahta sebagai orang nomor satu di negara ini, bukankah dirimu seorang tentara yang berpangkat tinggi dan bersenjata canggih? sedangkan aku sekarang hanyalah seorang wartawan tanpa pangkat dan senjata sejenis FN, revolver, laras panjang apa lagi. Yang aku punya itu hanya sebatang pena ditambah sebuah buku catatan kecil dan kamera video. Hahahahahahahahaha (jangan tersinggung Pak, aku menertawai diriku sendiri), terlalu banyak perbedaanku denganmu, terlampau jauh perbandinganku denganmu, teramat banyak pokoknya. Karena awalan ter- saat ini belum dapat kutebak, maka aku memilih untuk mengurungkan niat mengirimkan tulisan ini kepadamu, biar kusimpan saja di blog pribadiku.
Sebelum kau memangku tahta sebagai orang nomor satu di negara ini, bukankah dirimu seorang tentara yang berpangkat tinggi dan bersenjata canggih? sedangkan aku sekarang hanyalah seorang wartawan tanpa pangkat dan senjata sejenis FN, revolver, laras panjang apa lagi. Yang aku punya itu hanya sebatang pena ditambah sebuah buku catatan kecil dan kamera video. Hahahahahahahahaha (jangan tersinggung Pak, aku menertawai diriku sendiri), terlalu banyak perbedaanku denganmu, terlampau jauh perbandinganku denganmu, teramat banyak pokoknya. Karena awalan ter- saat ini belum dapat kutebak, maka aku memilih untuk mengurungkan niat mengirimkan tulisan ini kepadamu, biar kusimpan saja di blog pribadiku.
Maaf Pak Presiden, sudah dulu ya, aku belum punya banyak waktu melayanimu dengan menulis surat ini hingga kelar, soalnya aku harus bergegas ke kantor menyelesaikan pekerjaan.
Sekali lagi maaf Pak, aku harus mendahulukan rakyat yang sudah tak sabar ingin menonton berita di televisi, apalagi hasil liputanku tadi menarik dan pasti ditunggu pemirsa.
Sekali lagi maaf Pak, aku harus mendahulukan rakyat yang sudah tak sabar ingin menonton berita di televisi, apalagi hasil liputanku tadi menarik dan pasti ditunggu pemirsa.
Salam hormatku,
Arry Abdi Syalman
Arry Abdi Syalman